Analisa Keuangan Usaha Furniture
Analisa Keuangan Usaha Furniture - Berdasarkan tinjauan teknis maupun pasar yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, bahwa dalam industri Furniture ini yang masih memiliki prospek adalah untuk industri menengah besar dengan orientasi pasar ekspor. Oleh karena itu yang menjadi contoh pembahasan dalam aspek finansial ini adalah jenis industri Furniture menengah besar. Berikut ini akan disampaikan beberapa analisa yang berkaitan dengan aspek finansial.
Standar Biaya Usaha Furniture
Pembiayaan usaha industri Furniture secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam komponen-komponen investasi seperti tanah, bangunan, utilitas, peralatan kantor, mesin dan lain sebagainya. Sebagai ilustrasi, berikut ini akan diuraikan mengenai struktur biaya proyek industri Furniture untuk kapasitas 11.000 m3 per tahun. Secara singkat struktur biayanya dapat dilihat pada tabel berikut:
KETERANGAN | SATUAN | TOTAL (Rupiah) | Proporsi (%) | ||
TANAH |
| 10.000 M2 | 3,500,000,000 | 10.80 | |
BANGUNAN |
| 5.160 M2 | 7,130,000,000 | 22.00 | |
UTILITAS |
| Lumsump | 200,000,000 | 0.62 | |
PERALATAN KANTOR | Lumsump | 200,000,000 | 0.62 | ||
ALAT ANGKUTAN/KENDARAAN | 6 unit | 800,000,000 | 2.47 | ||
MESIN-MESIN PRODUKSI | Lumsump | 1,650,000,000 | 5.09 | ||
GENERATOR SET | 2 unit | 1,000,000,000 | 3.09 | ||
BIAYA PRA OPERASI | Lumsump | 500,000,000 | 1.54 | ||
TOTAL PROJECT COST |
| 14,980,000,000 | 46.22 | ||
IDC |
|
|
| 62,963,014 | 2.63 |
MODAL KERJA |
|
| 16,575,184,375 | 51.14 | |
GRAND TOTAL |
|
| 31,618,147,389 | 100.00 | |
Dalam industri ini, terlihat bahwa kebutuhan akan modal kerja memiliki porsi yang cukup besar yaitu mencapai 51,14%. Hal ini dikarenakan tingginya harga bahan baku maupun bahan penolong. Hal ini dapat terlihat dari harga pokok produksi yang disajikan pada tabel berikut ini.
HARGA POKOK PRODUKSI |
|
|
|
|
Keterangan / tahun | 1 | 2 | 3 | 4 |
Kapasitas (%) | 65% | 70% | 75% | 80% |
Produksi (ton) | 7,150 | 7,700 | 8,250 | 8,800 |
Bahan Baku | 17,875,000,000 | 20,212,500,000 | 22,739,062,500 | 25,467,750,000 |
Bahan Penolong | 4,468,750,000 | 5,053,125,000 | 5,684,765,625 | 6,366,937,500 |
Biaya Energi | 5,559,840,000 | 6,586,272,000 | 7,762,392,000 | 9,107,873,280 |
Tenaga Kerja Langsung | 6,750,000,000 | 7,762,500,000 | 8,926,875,000 | 10,265,906,250 |
Pengepakan | 3,575,000,000 | 4,042,500,000 | 4,547,812,500 | 5,093,550,000 |
Biaya Overhead | 7,150,000,000 | 8,085,000,000 | 9,095,625,000 | 10,187,100,000 |
Harga Pokok Produksi | 45,378,590,000 | 51,741,897,000 | 58,756,532,625 | 66,489,117,030 |
HARGA POKOK PRODUKSI |
|
|
|
| |
Keterangan / tahun | 5 | 6 | 7 | 8 | |
Kapasitas (%) | 85% | 90% | 95% | 95% | |
Produksi (m3) | 9,350 | 9,900 | 10,450 | 10,450 | |
Bahan Baku | 28,412,458,594 | 31,587,968,672 | 35,009,998,611 | 36,760,498,542 | |
Bahan Penolong | 7,103,114,648 | 7,896,992,168 | 8,752,499,653 | 9,190,124,635 | |
Biaya Energi | 10,644,826,896 | 12,398,092,502 | 14,395,562,961 | 15,835,119,257 | |
Tenaga Kerja Langsung | 11,805,792,188 | 13,576,661,016 | 15,613,160,168 | 17,955,134,193 | |
Pengepakan | 5,682,491,719 | 6,317,593,734 | 7,001,999,722 | 7,352,099,708 | |
Biaya Overhead | 11,364,983,438 | 12,635,187,469 | 14,003,999,445 | 14,704,199,417 | |
Harga Pokok Produksi | 75,013,667,482 | 84,412,495,561 | 94,777,220,560 | 101,797,175,753 | |
Catatan : Biaya Bahan penolong 25% dari biaya bahan baku |
| ||||
Penerimaan Penjualan Usaha Furniture
Produk yang akan dihasilkan oleh proyek investasi ini adalah berupa Furniture dengan harga jual Rp. 9.200.000,- per m3. Dalam investasi ini diasumsikan bahwa harga jual mengalami kenaikan sebesar 5% per tahun. Hal ini dikarenakan jumlah permintaan akan produk ini terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sehingga dengan asumsi tersebut dan kapasitas produksi 65% maka selama tahun pertama produksi dapat membukukan penjualan mencapai Rp.62.491.000.000,-. Proyeksi penerimaan penjualan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tahun | Persentase | Volume | Harga (Rp/m3) | Total Rupiah) |
1 | 65% | 7,150 | 9,200,000 | 62,491,000,000 |
2 | 70% | 7,700 | 9,660,000 | 70,662,900,000 |
3 | 75% | 8,250 | 10,143,000 | 79,495,762,500 |
4 | 80% | 8,800 | 10,650,150 | 89,035,254,000 |
5 | 85% | 9,350 | 11,182,658 | 99,329,955,244 |
6 | 90% | 9,900 | 11,741,790 | 110,431,538,477 |
7 | 95% | 10,450 | 12,328,880 | 122,394,955,145 |
8 | 95% | 10,450 | 12,945,324 | 128,514,702,902 |
Note : Harga diasumsikan naik 5% per tahun |
|
Kelayakan Investasi Usaha Furniture
Untuk menentukan kelayakan finansial dari pendirian industri Furniture ini, dilakukan analisa terhadap beberapa kinerja melalui beberapa alat analisa. Adapun alat analisa yang digunakan meliputi Return on Investment, Return on Equity, Internal Rate of Return, Break Even Point, Payback Period dan Profitability Index atau Benefit Cost Ratio (BCR). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hasil Analisa pendirian pabrik Furniture dengan kapasitas 11.000 m3
Alat Analisa | Hasil |
ROI | 22,8 % |
ROE | 65,1 % |
PI / BCR | 1,8 |
IRR | 19,80% |
BEP | 49,83% |
Payback Period | 4,2 tahun |
Analisa Sensitivitas Usaha Furniture
Analisa sensitivitas ditujukan untuk mengetahui perubahan nilai kelayakan yang terjadi bila tingkat harga penjualan dan harga bahan baku pada rata-rata maksimum dan minimum jangka panjang (5 tahun) dan harga minimum yang terjadi sampai akhir-akhir ini maupun bila terjadi kenaikan harga mencapai 5%.
Hasil analisa sensitivitas Usaha Furniture
Harga Bahan Baku
| Harga Jual
| Hasil Analisa | ||||||
ROI % | ROE % | PI / BCR | IRR % | BEP % | PP Tahun | |||
Rata-rata sekarang | Rata-rata sekarang | 22.8 | 65.1 | 1.8 | 19.80 | 49.83 | 4.2 | |
| Turun 5% | 30.8 | 88.0 | 1.9 | 23.33 | 43.05 | 3.4 | |
| Naik 5% | 14.3 | 40.9 | 0.9 | 12.33 | 61.25 | 5.7 | |
Turun 5% | Rata-rata sekarang | 19.2 | 54.8 | 1.2 | 17.37 | 54.28 | 4.8 | |
| Turun 5% | 27.4 | 78.2 | 1.7 | 22.05 | 45.81 | 3.8 | |
| Naik 5% | 11.0 | 31.5 | 0.7 | 6.68 | 67.13 | 6.7 | |
Naik 5% | Rata-rata sekarang | 26.0 | 74.3 | 1.6 | 21.47 | 47.03 | 3.9 | |
| Turun 5% | 34.3 | 98.1 | 2.0 | 24.39 | 40.59 | 3.1 | |
| Naik 5% | 17.7 | 50.4 | 1.1 | 16.06 | 56.90 | 4.11 |
Rasio Keuangan Usaha Furniture
Untuk memberikan tolak ukur kondisi keuangan dalam industri furnitur, berikut ini disajikan rasio keuangan yang diolah dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dianggap dapat menggambarkan industri furnitur saat ini. Perusahaan dimaksud adalah PT. BPT. Tbk suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang integrated woodbased industry dan telah beroperasi sejak tahun 1979. Perusahaan ini telah mengalami beberapa kali perubahan akta hingga yang terakhir tahun 1996.
Dalam analisa ini, kami hanya menyajikan satu sample perusahaan saja, karena berdasarkan pengamatan kami, kondisi industri furnitur saat ini hampir sama, bahkan semua sektor industri.
Namun demikian, walaupun perusahaan sample yang disajikan hanya satu, tetapi perusahaan tersebut adalah merupakan perusahaan besar yang terintegrasi dan sudah beroperasi cukup lama sehingga diyakini dapat merepleksikan potret industri furnitur saat ini.
Selain itu, perusahaan tersebut adalah satu-satunya perusahaan dalam industri furnitur yang telah go public, sehingga laporan keuangan yang diperoleh pun merupakan laporan keuangan yang benar-benar dapat dipercaya dan telah dipublikasikan. Sehingga hasil analisanyapun merupakan cerminan dari kondisi keuangan industri furnitur saat ini.
Dari laporan keuangan perusahaan contoh (sample) yang dipilih disajikan secara time series untuk sekaligus memberikan gambaran perubahannya dalam beberapa tahun terakhir. Namun demikian, nama perusahaan sengaja disamarkan dalam laporan ini karena tujuannya bukan untuk menganalisis perusahaan yang bersangkutan melainkan merujuknya sebagai gambaran umum atau pembanding untuk mengetahui kondisi atau potret industri Furniture yang sebenarnya.
Disamping itu, juga disajikan rasio keuangan berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru yang dipakai dalam kajian ini. Tujuannya agar dapat membandingkan antara kondisi yang ada sekarang dengan kondisi berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru. Karena kalau kita mengacu pada hasil analisa terhadap laporan keuangan saat ini saja belum tentu objektif, mengingat hampir semua sektor industri, tidak terkecuali industri furnitur saat ini, berada pada kondisi tidak normal, dimana komponen-komponen industri saat ini sedang mengalami banyak kendala, sehingga tidak dapat dijadikan acuan. Oleh karena itu, disajikannya rasio keuangan berdasarkan asumsi perhitungan investasi baru sebagaimana yang dipakai dalam kajian ini, untuk dapat memberikan acuan yang mengarah kepada rasio keuangan industri yang sesungguhnya.
Berikut adalah ikhtisar laporan keuangan perusahaan contoh industri furnitur untuk skala menengah besar selama 2 tahun serta rasio keuangan dengan asumsi perhitungan investasi baru, dapat dilihat pada tabel berikut :
Rasio Keuangan Industri Furniture |
|
|
|
| ||||
RATIO |
| EXISTING | PERHITUNGAN | |||||
|
| 2001 | 2000 | Rata-rata | DG. ASUMSI | |||
Likuiditas |
|
|
|
|
| |||
Rasio Lancar | CR | 0.11 | 0.12 | 0.11 | 1.31 | |||
Rasio Cepat | QR | 0.03 | 0.04 | 0.04 | 0.63 | |||
Aktivitas |
|
|
|
|
| |||
Marjin Laba Operasi (%) | OPM | (9.14) | (7.15) | (8.15) | 19.07 | |||
Perputaran Harta Total | AT | 0.25 | 0.21 | 0.23 | 0.75 | |||
Tingkat Aktivitas Harta | PR | 1.96 | 1.89 | 1.92 | 3.95 | |||
Marjin Laba Neto (%) | NPM | (94.26) | (72.62) | (83.44) | 8.28 | |||
Leverage |
|
|
|
|
| |||
Rasio Utang Total | DR | 1.17 | 0.94 | 1.06 | 0.97 | |||
Rasio Utang Equitas | DER | (6.81) | 16.27 | 4.73 | 1.86 | |||
Kelipatan Penerimaan Bunga | HE | 4.85 | 58.86 | 31.86 | 2.63 | |||
Profitabilitas |
|
|
|
|
| |||
Penghasilan Investasi (%) | ROI | (23.14) | (15.31) | (19.23) | 32.67 | |||
Penghasilan Equitas (%) | ROE | 134.54 | (264.43) | (64.94) | 45.61 | |||
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Contoh tahun 2000 - 2001, diolah |
|
| ||||||
Dari rasio keuangan di atas, kiranya dapat diambil suatu gambaran bahwa kondisi keuangan industri furnitur saat ini adalah sebagai berikut :
- Kondisi keuangan industri furnitur secara umum terutama yang berkaitan dengan pendanaan, yaitu likuiditas dan leverage mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya penjualan, sementara itu biaya pokok produksi terus mengalami kenaikan, sehingga perusahaan mengalami kerugian (loss) dalam beberapa tahun terakhir ini.
- Hal lain yang menyebabkan memburuknya kondisi keuangan dalam industri furnitur adalah karena kebanyakan perusahaan dalam industri furnitur mempunyai beban hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang yang relatif besar, sehingga beban bunga yang harus dipenuhi dalam jangka pendek pun cukup besar.
- Begitu juga dengan aktivitas perusahaan dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami penurunan sehingga net profit marginnya sangat jauh dibawah angka rata-rata industri yaitu hanya rata-rata (83,44%), padahal rata-rata industri mencapai 9%.
- Walaupun sebenarnya tingkat aktivitas hartanya cukup tinggi yaitu mencapai 1,92 kali yang berarti di atas rata-rata industri yaitu 1,2 kali.
- Semuanya itu akan berdampak pula pada kondisi profitabilitasnya, dimana penghasilan investasi maupun penghasilan equitasnya juga mengalami negatif.
Dari Rasio di atas nampak bahwa masalah utama PT. BPT, Tbk bukan terletak pada ratio likuiditas dan rasio hutangnya saja tetapi aktivitas dan profitabilitasnya juga dalam kondisi yang sulit.
Kondisi di atas dialami pula oleh kebanyakan perusahaan dalam industri furnitur, walaupun tingkat keparahannya berbeda-beda. Tetapi dapat dikatakan bahwa secara umum, saat ini kondisi keuangan perusahaan industri furnitur dalam keadaan yang sangat fluktuatif.
Semua ini disebabkan oleh menurunnya penjualan terutama penjualan dalam negeri sebagai dampak dari krisis. Padahal penjualan ekspor sendiri masih cukup tinggi dan cukup menggairahkan. Sehingga merubah orientasi pasar dari lokal ke ekspor bisa dicoba dalam rangka meningkatkan net profit.
Dan berdasarkan pengamatan ANONYM, bahwa kondisi demikian tidak hanya menimpa industri furnitur saja, tetapi hampir semua sektor industri mengalami hal serupa. Karena hal ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kondisi ekonomi yang belum pulih betul akibat diterpa krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kalau kecenderungan kinerja finansial ini, kita bandingkan dengan kelayakan investasi yang disajikan di atas, sangat berbeda sekali. Hal ini salah satunya adalah karena resiko yang sangat tinggi baik finansial maupun teknis sebagai mana dibahas dalam analisis titik kritis pada bab sebelumnya. Dan yang tidak kalah penting adalah pengalaman di lapangan, diketahui bahwa perbedaan tersebut juga banyak dipengaruhi moral hazard dalam perusahaan maupun pembiayaan usaha industri ini. Dalam istilah populer, hal ini antara lain tergambar pada istilah perusahaan dapat rugi, tetapi pengusahanya tidak pernah rugi, baik yang bersumber dari penyimpangan tujuan pembiayaan maupun dari pembiayaan yang berlebih karena karakteristik usahanya yang memungkinkan untuk melakukan mark up dalam pendanaanya.