Panen dan Pengolahan Hasil Panen Tebu
Kualitas optimum tebu adalah disaat tebu telah siap tebang dengan kadar gula (sukrose) maksimal, bersih dari kotoran, murni, serat optimum, nira yang optimum dan tidak ada bunga atau pucuk yang diangkut kepabrik.
Titik kritis dalam panen adalah menyangkut komando yang jelas, komunikasi yang lancar, tenaga kerja tersedia cukup, kendaraan angkut harus efektif, pencatatan penerimaan tebu yang tertib dan kecepatan pengambilan keputusan sedangkan kegagalan panen dapat diakibatkan oleh kemurnian, daya tumbuh dan kesehatan bibit yang kurang baik, perawatan yang kurang baik, panen yang tidak tertib dan force majeur (kebakaran,kebanjiran dll)
Taksasi hasil dilakukan untuk menaksir hasil tebu yang akan diperoleh nantinya, sehingga dapat direncanakan berapa lama hari giling, berapa tenaga kerja yang harus disiapkan dan berapa banyak bahan pembantu di pabrik yang harus disediakan. Umumnya taksasi dilakukan 2 kali yaitu pada bulan Desember dan Februari. Taksasi dilakukan dengan menghitung tebu dengan sistim sampling dan digunakan rumus
Y = jml bt/m juring x jml juring/ha x tinggi bt x bobot bt/m
Dimana.,
Y = hasil taksasi tebu per hektar
Jml bt/m juring = hasil perhitungan jumlah batang tebu per m juring
Jml juring/ha = banyaknya juringan per ha (yang ada di lapangan)
Tinggi bt = diukur sampai titik patah (± 30 cm dari pucuk)
Bobot bt = bobot batang per m yang diperoleh dari data tahun sebelumnya
Pelaksanaan Tebang Tanaman Tebu
Digunakan dua metode penebangan yaitu tebu hijau (Green Cane) dan tebu bakar (Burn Cane). Metode tebu hijau adalah menebang tebu dalam kondisi tanpa ada perlakuan pendahuluan, sedangkan tebu bakar adalah dilakukan pembakaran sebelum tebang untuk memudahkan penebangan dan mengurangi sampah yang tidak perlu. Tebu di Jawa dilakukan tanpa bakar, sedangkan di luar Jawa khususnya Lampung ± 90% dilakukan dengan bakar.
Tebang dilakukan dalam tiga sistem tebangan yaitu Bundled Cane (tebu ikat), Loose Cane (tebu urai) dan Chopped Cane (tebu cacah). Pelaksanaan di lapangan tebang masih dimominasi dengan manual, sebab dari segi kualitas tetap lebih baik dibandingkan dengan mesin tebang.
Bundled Cane (Tebu Ikat)
Tebangan ini dilaksanakan secara manual, baik pada saat penebangan maupun pemuatan tebu ke dalam truk. Pemuatan/pengangkutan tebu dari areal ke pabrik dilaksanakan mulai jam 05.00 - 22.00 WIB dengan menggunakan truk (los bak maupun ada baknya). Truk yang digunakan terdiri atas truk kecil dengan kapasitas angkut 6 - 8 ton dan truk besar dengan kapasitas angkut 10 - 12 ton. Saat pemuatan tebu ke dalam truk dalam kondisi lahan tidak basah, truk masuk ke areal dan lintasan truk tidak memotong barisan tebu. Perjalanan truk dari areal ke pabrik sesuai dengan rute yang telah ditetapkan dengan kecepatan maksimun 40 km/jam.
Loose Cane (Tebu Urai)
Tebangan loose cane merupakan sistem tebangan semi mekanik. Penebangan tebu dilaksanakan secara manual sedangkan pemuatan tebu ke Trailer atau truk menggunakan Grab Loader. Pembongkaran tebu dilaksanakan di tempat penampungan tebu (Cane Yard) langsung ke meja tebu (Feeding Table).
Penebangan loose cane menggunakan sistem 12 : 1, artinya setiap 12 baris ditebang dan ditumpuk menjadi satu tumpukan, dilaksanakan oleh dua orang. Tumpukan tebu diletakkan pada barisan ke 6 – 7, sedangkan sampah pada barisan ke 1 dan 12. Penebangan harus rata dengan tanah dan sampah yang terbawa ke pabrik tidak boleh lebih dari 6%.
Chopped Cane (Tebu Cacah)
Sistem penebangan tebu cacah dilaksanakan dengan menggunakan alat Bantu berupa mesin Cane Harvester. Penebangan sistem ini digunakan sebagai peyangga atau pembantu untuk memenuhi guota pengiriman tebu.
Untuk pengoperasian Cane Harvester secara optimal diperlukan kondisi areal yang relatif rata, kondisi tebu tidak banyak yang roboh, kondisi areal bersih dari sisa - sisa kayu/tunggul, tidak banyak gulma merambat, petak tebang dalam kondisi utuh sekitar 10 ha dan kondisi tanah tidak basah.
Pengangkutan dilaksanakan dengan menggunakan truk yang ada baknya (truk box), hal tersebut berkaitan dengan hasil tebangan Cane Harvester berbentuk potongan dengan panjang 20 - 30 cm. Pada saat pembongkaran muatan, tebu dengan tebangan Chopped Cane harus diprioritaskan, tebu langsung ditampung di meja tebu (feeding table).
Pengolahan Hasil Panen Tebu
Pada dasarnya pengolahan hasil tebu menjadi gula adalah suatu proses memerah nira dari batang tebu dan di olah menjadi hasil akhir berupa gula kristal. Gula kristal yang dihasilkan dibagi menjadi dua spesifikasi hasil, yaitu gula konsumsi (white sugar) dan gula setengah jadi (raw sugar) yang masih memerlukan proses lanjut agar dapat dikonsumsi. Secara ringkas proses tebu menjadi gula dibagi menjadi tiga bagian, yaitu; (1) pemerahan nira, (2) pemurnian nira, dan (3) proses kristalisasi.
Gambar 1. Bagan Alir Proses Pengolahan Gula Tebu
Jika proses pengolahan diuraikan dalam bentuk neraca bahan secara rata-rata dapat digambarkan seperti Gambar 2.
Gambar 2. Neraca Bahan Pengolahan Gula Tebu
Standar Mutu Gula
Mutu gula di dunia ditentukan dengan Standar Codex Alimetarius (suatu lembaga yang pembinaan aspek-aspek teknis). Namun untuk gula produksi pabrik gula di Indonesia belum ada yang memenuhi standar gula industri. Pada Tabel 17 disajikan rincian kualitas gula kasar dan gula halus. Industri pengolahan gula dalam negeri yang menghasilkan kualitas seperti tertera pada Tabel 18 hanya satu dengan kapasitas sekitar 150.000 ton, yaitu pabrik gula double rafinasi yang mengolah bahan baku raw sugar (bukan langsung dari tebu). Rincian mutu gula produksi pabrik gula Indonesia dengan kelas HS dan SHS disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Spesifikasi Kualitas Gula
Uraian | Gula Kasar | Gula Halus |
Polarisasi | 99,900 min | 99,900 min |
Kadar air | 0,04% max | 0,04% max |
Gula reduksi | 0,04% max | 0,04% max |
Kadar abu | 0,03% max | 0,03% max |
Warna (ICUMSA Units) | 45 max | 45 max |
Mikrobiologi Mesofil Ragi Kapang |
200/10 g 10/10 g 10/10 g |
200/10 g 10/10 g 10/10 g |
Ukuran kristal | Minimum total fraction retained on a 0,850 mm screen is 50% | 20,0% max 20 mesh 90,0% min 48 mesh |
Sumber : ICUMSA (International Commission for Unifrom Methods of Sugar Analysis).
Standar mutu gula menurut Codex adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Standar Codex untuk Gula Putih
Parameter | Spesifikasi A | Spesfikasi B |
Polarisasi | Min 99,7O S | Min 99,5O S |
Kandungan Gula Inverst | Max 0,04% m/m | Max 0,01% m/m |
Abu | Max 0,04 % m/m | Max 0,01 % m/m |
Penguapan (3 jam pada 105o C) | Max 0,1 % m/m | Max 0,1 % m/m |
Warna | Max 60 ICUMSA unit | Max 150 ICUMSA unit |
Sulfur Dioksida (SO2) | 20 mg/kg | 70 mg/kg |
Arsen (As) | 1 mg/kg | 1 mg/kg |
Tembaga (Cu) | 2 mg/kg | 2 mg/kg |
Timbal (Pb) | 2 mg/kg | 2 mg/kg |
Tabel 10. Rincian Mutu Gula HS dan SHS
Persyaratan Teknis | HS | SHS I Standar | SHS I B | SHS I A |
Nilai remisi reduksi | - | ³ 60 | ³ 65 | ³ 70 |
Berat jenis butir | 0,8 –1,1 | 0,9 – 1,0 | 0,9 – 1,0 | 0,9 – 1,0 |
Kadar air maks (%) | 0,15 | 0,10 | 0,10 | 0,10 |
Polarisasi (min %) | 99,2 | 99,5 | 99,6 | 99,7 |