Prospek Industri Furniture
Prospek Industri Furniture - Mulai meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di sisi lain tentunya akan meningkatkan pertumbuhan disektor properti yang sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan perekonomian Indonesia. Membaiknya perekonomian Indonesia juga akan mendorong peningkatan investasi baik domestik maupun asing dan terjadinya peningkatan investasi berarti akan meningkatkan pula pasar industri properti, dan membaiknya pasar industri properti tentunya akan meningkatkan pula kebutuhan furniture disektor properti baik langsung maupun tidak langsung.
Di dalam PDB ini sumbangan sektor properti memang tidak begitu besar, namun selama periode tahun 1999-2001 konstribusi industri konstruksi dalam PDB terlihat mulai bangkit kembali. Bila pada tahun 1999 kontribusi pertumbuhan sektor kontruksi sebesar 5.87 % maka pada tahun 2001 meningkat menjadi 6.02 %, atau selama periode tahun tersebut (1996-2001) rata rata adalah sebesar 6.7 % per tahun.
Sumbangan Dan Laju Pertumbuhan Sektor Konstruksi Dilihat Dari PDB, 1996-2001
Sektor | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 | 2001 |
Industri Konstruksi*) |
|
|
|
|
|
|
Nilai (Rp miliar) | 32.810.6 | 35.436.4 | 22.460.4 | 22.285.5 | 23.788.8 | 24.780.0 |
Pertumbuhan (%) | 12.37 | 7.73 | -36.46 | -0.78 | 6.74 | 3.96 |
Kontribusi to PDB | 7.93 | 8.18 | 5.96 | 5.87 | 5.98 | 6.02 |
*) Termasuk Properti
Sumber : BPS, diolah ANONYM
Dengan melihat berbagai indikator tersebut faktor di atas dan melihat berkembangnya sektor properti seperti perumahan, perkantoran, pertokoan, perhotelan, apartemen dan sektor properti lainnya yang mulai membaik, secara langsung atau tidak langsung juga akan meningkatkan kebutuhan akan papan diantarannya adalah kebutuhan akan perlengkapan rumah tangga (Furniture).
Menurut laporan Biro Pusat Statistik Indonesia, indek harga konsumen di Indonesia terutama sektor perumahan dan perlengkapannya selama tahun 1999-2002 berdasarkan indeks tahun 1996, khususnya sektor perlengkapan rumah tangga terlihat cenderung meningkat. Pada tahun 1999 tercatat dengan indeks harga sebesar 257.97 meningkat menjadi 276.80 atau hingga tahun 2002 tercatat menjadi 293.45. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Indeks Harga Konsumen Sektor Perumahan Dan Perlengkapannya 1996 =100, 1999-2002.
Indeks Harga Kousumen | 1999 | 2000 | 2001 | 2002 |
Perumahan/Housing : | 161.77 | 183.61 | 208.57 | 219.02 |
1 Biaya Tempat Tinggal | 161.76 | 176.98 | 198.19 | 205.89 |
2 Penerangan & Air | 128.62 | 152.68 | 196.05 | 219.97 |
3 Perlengkapan Rumah Tangga | 257.97 | 276.80 | 291.03 | 293.45 |
4 Penyelenggaraan Rumah Tangga | 207.96 | 220.88 | 242.96 | 250.53 |
Sumber : BPS
Dari indikator-indikator ekonomi tersebut di atas, dalam jangka pendek prospek pasar furniture di dalam negeri diperkirakan masih memiliki prospek yang cukup baik, walaupun peningkatannya mungkin tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, dimana kondisi ekonomi pada waktu itu (sebelum krisis) cukup stabil dan persediaan bahan baku kayu juga cukup melimpah.
Jika perkembangan pembangunan di sektor properti dan faktor-faktor lainnya termasuk perkembangan ekonomi, perkembangan penduduk, diasumsikan sebagai perkiraan untuk menghitung konsumsi kebutuhan wood furniture di Indonesia, maka dalam jangka pendek kebutuhan wood furniture di sektor perumahan pada tahun 2002 diperkirakan sebesar 2.169.7 ribu M3, meningkat pada tahun 2003 menjadi 2.235.7 ribu M3, dan pada tahun 2004 akan mencapai 2.321.6 ribu M3. Sedangkan kebutuhan furniture sektor – sektor lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Perkiraan Konsumsi Furniture Jangka Pendek, 2002-2004
Bangunan Properti | 2002 |
| 2003 |
| 2004 |
|
| (m3) | (%) | (m3) | (%) | (m3) | (%) |
1.Perumahan (M3) | 2.169.754 | 71,68 | 2.235.770 | 73,16 | 2.321.630 | 73,69 |
2.Perkantoran (M3) | 102.010 | 3,37 | 66.010 | 2,16 | 48.203 | 1,53 |
3. Perhotelan (M3) | 15.438 | 0,51 | 12.530 | 0,41 | 11.972 | 0,38 |
4. Sektor Lainnya : |
|
|
|
|
|
|
Apartemen (M3) | 68.108 | 2,25 | 43.701 | 1,43 | 36.861 | 1,17 |
Number Of | 19.373 | 0,64 | 15.891 | 0,52 | 13.232 | 0,42 |
Pertokoan (M3) |
|
|
|
|
|
|
Penambahan Pabrik | 142.269 | 4,70 | 115.211 | 3,77 | 114.680 | 3,64 |
Baru (M3) |
|
|
|
|
|
|
Fasos/Fasum (M3) |
|
|
|
|
|
|
a Rumah Sakit (M3) | 77.491 | 2,56 | 40.034 | 1,31 | 38.752 | 1,23 |
b Fasilitas Pendidikan | 298.160 | 9,85 | 359.080 | 11,75 | 423.117 | 13,43 |
c Lainnya |
|
|
|
|
|
|
(Pergantian) (M3) | 134.399 | 4,44 | 167.469 | 5,48 | 141.774 | 4,50 |
T o t a l | 3.027.000 | 100,00 | 3.056.000 | 100,00 | 3.150.536 | 100,00 |
Sumber : Penelitian ANONYM
Prospek Industri Furniture Jangka Panjang
Dilihat dari prospek jangka panjang industri furniture di dalam negeri masih cukup baik, namun yang menjadi kendala adalah masalah bahan baku kayu yang semakin terbatas.
Terutama setelah adanya issu bahwa pemerintah dalam waktu dekat akan membatasi produksi kayu log sebagai bahan utama pembuatan furniture di dalam negeri.
Untuk mengatisipasi kondisi tersebut dalam jangka panjang, pemerintah Indonesia akan berusaha menciptakan kebijaksanaan untuk menunjang perkembangan industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku usahanya melalui pelarangan ekspor kayu bulat dan program HTI (Hutan Tanaman Industri).
Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangan industri berbahan baku kayu dengan memanfaatkan sumber daya hutan yang dikelola secara lestari dan berkelanjutan. Namun pada kenyataanya, pelaksanaan HTI ini juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam banyak kasus justru pencurian kayu dan penebangan liar yang terus berkembang.
Akan tetapi bahan baku alternatif seperti kayu karet, kayu jati, rotan, enceng gondok dan bahan substitusi lainnya dapat dijadikan solusi untuk bahan baku furniture dalam jangka panjang.
Sementara itu jika dilihat prospek ekspornya, dalam jangka panjang masih sangat menjanjikan, terutama pada periode tahun 2004 –2006 yang rata-rata ekspornya diperkirakan masih di atas 1,0juta m3 per tahun.
Prospek Pasar Dalam Negeri Dan Ekspor Pasar Furniture Indonesia,Tahun 2004-2006
Tahun | Produksi (M3) | Konsumsi (M3) | Ekspor (M3) |
2004 | 4.314.281 | 3.150.536 | 1.163.745 |
2005 | 4.573.138 | 3.229.230 | 1.343.908 |
2006 | 4.847.526 | 3.326.179 | 1.518.349 |
Sumber : Diolah ANONYM
Perkembangan Konsumsi / Pasar dan Produk Substitusi
Seperti dikemukakan konsumsi furniture di dalam negeri pada tahun 2002 tercatat sebesar 3.027 ribu M3, meningkat pada tahun 2003 menjadi 3.050 ribu M3, kemudian pada tahun 2004 kembali meningkat menjadi 3.150.5 ribu M3 atau hingga tahun 2006 menjadi 3.326.1 ribu m3.
Dari total konsumsi furniture di dalam negeri tersebut pasar konsumsi produk subsitusi seperti furniture plastik, besi, dan produk subsitusi lainnya tergolong masih kecil, ANONYM memperkirakan sekitar 2 % sampai 3 % dari total produksi furniture nasional. Produk produk subsitusi tersebut antara lain kursi plastik, dan meja plastik serta kombinasi antara furniture kayu dan besi.
Sedangkan pasar produk furniture substitusi umunya adalah di restoran-restoran kecil dan rumah-rumah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Perkiraan Konsumsi Pasar Produk Furniture Substitusi di Dalam Negeri Tahun, 2002-2006
Tahun
| Kapasitas (M3) | Produksi (M3) | Konsumsi DN (M3) | Substitusi (M3) |
2002 | 4.300.000 | 3.439.318 | 3.027.000 | 90.810 |
2003 | 4.400.000 | 3.852.036 | 3.056.000 | 91.680 |
2004 | 4.450.000 | 4.314.281 | 3.150.536 | 94.516 |
2005 | 4.500.000 | 4.573.138 | 3.229.230 | 96.877 |
2006 | 4.500.000 | 4.847.526 | 3.326.179 | 99.785 |
Sumber : Diolah ANONYM
Peranan Pemerintah Pusat dan Daerah Bagi Industri Furniture
Kebijaksanaan otonomi daerah yang menggelinding dalam beberapa tahun terakhir ini dianggap merupakan salah satu cara yang paling bijaksana untuk melakukan distribusi pendapatan antara daerah dan pusat.
Namun pada kenyataannya justru membuahkan hasil suatu polemik dan konflik yang berkepanjangan, sehingga cenderung menambah ketidakpastian bagi kalangan umum maupun bagi dunia usaha.
Pemerintah daerah yang memiliki kewenangan lebih besar dengan adanya kebijaksanaan otonomi daerah justru dianggap pelaku ekonomi telah memberikan suasana yang semakin tidak kondusif dan semakin membebani pengusaha dengan berbagai pungutannya.
Dalam kaitannya dengan masalah bahan baku kayu misalnya, secara geografis Indonesia terdiri dari wilayah kepulauan dengan penduduk yang beragam dan kekayaan alam yang sangat melimpah. Namun dengan diterapkannya Undang-undang No. 22 Tahun Pemerintahaan Daerah dan Peraturan Pemerintah No 25 tentang Otonomi Daerah, peranan pemeritah daerah menjadi sangat penting.
Kebijakan-kebijakan yang dahulu sepenuhnya berada ditangan Pemerintah Pusat secara bertahap akan semakin banyak diserahkan ke pemerintah daerah. Dalam kondisi demikian akan menguntungkan bagi pemerintah daerah, namun dalam hal-hal tertentu akan menjadi kendala, terutama menyangakut masalah permodalan, infrastruktur dan masalah perijinan.
Pasar International
Pasar utama produk furniture Indonesia di pasar internasional pada saat masih terorientasi ke beberapa negara, yaitu : Amerika Serikat, Japan, Netherlands, Germany dan United Kingdom. Ekspor furniture Indonesia hingga saat ini memang masih didominasi Amerikat Serikat, negara ini memiliki kontribusi hingga 28.5 persen dari total ekspor nasional, kemudian diikuti oleh Japan yang mencapai 15.9 persen. Ironisnya kedua negara yang menjadi tujuan ekspor furniture Indonesia tersebut saat ini sedang menghadapi resesi di negara masing-masing, sehingga pasar menjadi semakin sempit dan kompetitif.
Disisi lain, perkembangan negara-negara lain yang menjadi kompetitor bagi Indonesia sekarang justru semakin menunjukkan daya saingnya yang semakin kuat, antara lain : Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Negara-negara pesaing tersebut sebenarnya tidak memiliki ketersediaan bahan baku yang mewadai seperti Indonesia, tetapi negara-negara tersebut mampu menjual dengan harga yang sangat kompetitif dibandingkan Indoensia. Menurut pihak pihak yang berkompeten menyebutkan bahwa produk furniture Indonesia sudah kalah bersaing dengan ketiga negara tersebut, karena negara-negara tersebut sangat kreatif dan inovatif dalam menjaring pasarnya.
Sementara itu, perkembangan ekspor ekspor furniture dunia selama 1996-2000 terlihat terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhannya sekitar 5,7% per tahunnya. Sedangkan impornya mengalami pertumbuhan sekitar 8,7% per tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan furniture dunia masih cukup besar, dan ini merupakan peluang bagi eksportir furniture Indonesia untuk meningkatkan ekspornya.
Perkembangan Nilai Ekspor Furniture Dunia menurut Jenisnya, 1996-2000 (ribu US$)
URAIAN (HS6DG) | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 |
WOODEN FURNITURE, NESOI (940360) | 19,743,228 | 19,963,647 | 20,497,038 | 21,531,543 | 22,107,188 |
PARTS OF SEATS (EX MEDICAL, BARBER, DENTAL ETC) (940190) | 11,786,233 | 13,147,573 | 14,982,157 | 16,519,104 | 18,905,532 |
SEATS W WOODEN FRAMES, UPHOLSTERED, NESOI (940161) | 9,423,554 | 9,178,585 | 9,387,402 | 9,791,046 | 10,119,307 |
PARTS OF FURNITURE, NESOI (940390) | 7,145,774 | 7,488,944 | 8,015,815 | 8,663,383 | 9,144,841 |
METAL FURNITURE NESOI (940320) | 5,576,289 | 5,882,941 | 6,396,028 | 6,844,208 | 7,392,407 |
WOODEN BEDROOM FURNITURE, EXCEPT SEATS (940350) | 6,469,236 | 6,509,098 | 6,678,922 | 6,846,551 | 7,088,446 |
WOODEN KITCHEN FURNITURE, EXCEPT SEATS (940340) | 4,604,416 | 4,735,737 | 4,835,124 | 5,173,489 | 5,139,669 |
WOODEN OFFICE FURNITURE, EXCEPT SEATS (940330) | 3,288,873 | 3,672,242 | 4,013,283 | 3,927,572 | 4,226,307 |
METAL FURNITURE EXCEPT SEATS, USED IN OFFICES (940310) | 2,642,590 | 2,905,769 | 3,262,080 | 3,236,309 | 3,610,769 |
SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED, NESOI (940169) | 2,341,328 | 2,311,422 | 2,358,300 | 2,675,844 | 2,634,059 |
SEATS OTHER THAN OF METAL OR WOODEN FRAMES, NESOI (940180) | 1,903,765 | 1,905,769 | 1,843,232 | 2,380,359 | 2,604,010 |
SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171) | 1,989,232 | 1,971,801 | 2,015,773 | 2,163,708 | 2,340,886 |
SEATS WITH METAL FRAMES, EXCEPT UPHOLSTERED NESOI (940179) | 1,256,543 | 1,371,665 | 1,646,237 | 1,899,148 | 2,174,618 |
SWIVEL SEATS W VRIBLE HGHT ADJ EX DENTIST ETC (940130) | 1,328,890 | 1,544,252 | 1,789,954 | 1,898,524 | 2,055,969 |
FURNITURE OF CANE, BAMBOO OR SIMLR MATERIAL, NESOI (940380) | 1,887,379 | 1,895,346 | 1,766,320 | 1,844,622 | 1,965,043 |
SEATS OF A KIND USED FOR MOTOR VEHICLES (940120) | 1,617,523 | 1,631,379 | 1,912,513 | 1,801,897 | 1,827,234 |
MED SURG DEN VET FURN EX DEN BRBR CHR & PT THEREOF (940290) | 1,370,656 | 1,365,970 | 1,364,457 | 1,447,700 | 1,635,772 |
FURNITURE OF PLASTICS, NESOI (940370) | 1,365,131 | 1,300,796 | 1,509,102 | 1,570,999 | 1,512,341 |
SEATS OF A KIND USED FOR AIRCRAFT (940110) | 484,476 | 698,867 | 1,008,309 | 1,271,025 | 1,072,810 |
SEATS EXC GARDEN SEATS/CAMPING EQUIP, CONVT TO BED(940140) | 634,449 | 722,689 | 806,126 | 833,468 | 827,390 |
SEATS OF CANE, OSIER, BAMBOO OR SIMILAR MATERIALS (940150) | 620,996 | 472,016 | 323,884 | 650,360 | 681,032 |
DENTISTS', BARBERS OR SIMILAR CHAIRS AND PARTS (940210) | 276,551 | 285,937 | 276,255 | 288,715 | 288,367 |
T O T A L | 87,757,112 | 90,962,445 | 96,688,311 | 103,259,574 | 109,353,997 |
Pertumbuhan (%) | -- | 3.7 | 6.3 | 6.8 | 5.9 |
Sumber : ITS/UNSD
Perkembangan Nilai Impor Furnitur Dunia menurut Jenisnya, 1996-2000 (ribu US$)
URAIAN (HS6DG) | 1996 | 1997 | 1998 | 1999 | 2000 |
PARTS OF SEATS (EX MEDICAL, BARBER, DENTAL ETC) (940190) | 13,052,926 | 14,969,606 | 16,939,423 | 19,445,824 | 22,904,975 |
WOODEN FURNITURE, NESOI (940360) | 17,170,771 | 17,758,131 | 19,293,179 | 21,360,192 | 22,851,270 |
SEATS W WOODEN FRAMES, UPHOLSTERED, NESOI (940161) | 8,596,999 | 8,241,056 | 8,756,065 | 9,451,009 | 10,127,174 |
METAL FURNITURE NESOI (940320) | 6,493,023 | 7,135,132 | 7,863,487 | 9,169,237 | 9,921,159 |
PARTS OF FURNITURE, NESOI (940390) | 7,171,071 | 7,559,752 | 8,169,045 | 8,808,360 | 9,464,002 |
WOODEN BEDROOM FURNITURE, EXCEPT SEATS (940350) | 6,049,837 | 5,893,718 | 6,474,871 | 7,195,963 | 7,935,342 |
WOODEN OFFICE FURNITURE, EXCEPT SEATS (940330) | 2,928,992 | 3,215,734 | 3,594,371 | 3,658,017 | 4,032,388 |
SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED, NESOI (940169) | 3,131,302 | 3,281,454 | 3,404,745 | 3,852,233 | 4,007,878 |
WOODEN KITCHEN FURNITURE, EXCEPT SEATS (940340) | 3,319,390 | 3,411,623 | 3,516,330 | 3,839,789 | 3,824,200 |
SEATS WITH METAL FRAMES, EXCEPT UPHOLSTERED NESOI(940179) | 1,776,793 | 1,956,859 | 2,437,652 | 3,124,324 | 3,760,876 |
METAL FURNITURE EXCEPT SEATS, USED IN OFFICES (940310) | 2,409,519 | 2,589,943 | 3,027,588 | 3,028,638 | 3,358,791 |
SWIVEL SEATS W VRIBLE HGHT ADJ EX DENTIST ETC (940130) | 1,593,643 | 1,888,515 | 2,343,525 | 2,668,956 | 2,880,780 |
SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171) | 2,080,466 | 2,164,557 | 2,121,353 | 2,267,023 | 2,436,515 |
FURNITURE OF CANE, BAMBOO OR SIMLR MATERIAL, NESOI(940380) | 1,531,472 | 1,527,926 | 1,611,570 | 1,825,795 | 1,986,649 |
SEATS OF A KIND USED FOR MOTOR VEHICLES (940120) | 1,521,305 | 1,493,782 | 1,719,554 | 1,776,688 | 1,927,655 |
FURNITURE OF PLASTICS, NESOI (940370) | 1,573,279 | 1,495,789 | 1,669,940 | 1,901,594 | 1,838,566 |
SEATS OTHER THAN OF METAL OR WOODEN FRAMES, NESOI (940180) | 1,257,091 | 1,275,898 | 1,472,029 | 1,634,193 | 1,575,419 |
MED SURG DEN VET FURN EX DEN BRBR CHR & PT THEREOF (940290) | 1,224,515 | 1,172,624 | 1,262,849 | 1,379,124 | 1,469,246 |
SEATS WITH METAL FRAMES, UPHOLSTERED,NESOI (940171) | 1,139,144 | 1,125,353 | 1,161,025 | 1,258,034 | 1,291,025 |
SEATS EXC GARDEN SEATS/CAMPING EQUIP, CONVT TO BED(940140) | 871,581 | 858,680 | 839,936 | 856,027 | 866,558 |
SEATS OF A KIND USED FOR AIRCRAFT (940110) | 373,800 | 465,322 | 676,136 | 1,095,446 | 812,414 |
SEATS OF CANE, OSIER, BAMBOO OR SIMILAR MATERIALS(940150) | 810,472 | 778,476 | 765,684 | 795,992 | 811,332 |
DENTISTS', BARBERS OR SIMILAR CHAIRS AND PARTS (940210) | 291,620 | 299,158 | 320,751 | 329,488 | 324,931 |
SEATS W WOODN FRAMES, NOT UPHOLSTERED, NESOI (940169) | 63 | 86 | 830 | 1,070 | 4,320 |
T O T A L | 86,369,074 | 90,559,174 | 99,441,938 | 110,723,016 | 120,413,465 |
Pertumuhan (%) | -- | 4.9 | 9.8 | 11.3 | 8.8 |
Aspek Natural Resources, Labor/Capital dan Teknologi
Pemanfaatan hutan alami sebagai sumber bahan baku industri furniture tampaknya akan menjadi kurang bijaksana karena sumberdaya hutan menjadi sangat terbatas, sehingga untuk jangka panjang tidak dapat diandalkan. Pemerintah Indonesia telah berusaha menciptakan kebijaksanaan untuk menunjang perkembangan industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku usahanya melalui program HTI (Hutan Tanaman Industri).
Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menunjang perkembangan industri berbahan baku kayu dengan memanfaatkan sumber daya hutan yang dikelola secara lestari dan berkelanjutan. Namun pada kenyataanya, pelaksanaan HTI ini juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, bahkan dalam banyak kasus justru pencurian kayu dan penebangan liar yang terus berkembang.
Sejak krisis terjadi dan hingga saat ini diperkirakan lebih dari 40 juta angkatan kerja yang memiliki status pengangguran, yang berarti secara kuantitatif masalah tenaga kerja bukan merupakan kendala utama.
Namun hal ini akan menjadi masalah besar manakala dituntut tingkat kualitas ketrampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut, karena pengangguran yang terjadi justru didominasi oleh tenaga kerja tidak terampil. Sekolah-sekolah maupun balai-balai pendidikan tenaga kerja resmi yang dikelola pemerintah maupun swasta belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga kerja yang siap diterjunkan dilapangan.
Kapital merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap gerak usaha dibidang bisnis, dan ironisnya hingga kini pengaruh krisis belum dapat hilang dari perekonomian Indonesia secara makro.
Krisis telah memporakporandakan sistem perbankan nasional hingga beberapa bank mengalami kebangkrutan, bahkan hingga saat ini bank-bank yang masih eksis juga belum sepenuhi mampu melaksanakan fungsinya.
Bank-bank yang tetap eksis juga mengalami kesulitan untuk menyalurkan kreditnya, karena krisis tersebut telah membawa kepada situasi yang serba tak menentu dan pihak perbankan nasional mengambil langkah hati-hati.
Teknologi seakan-akan sudah menjadi milik negara-negara maju, sehingga negara-negara pemakai hanya dijadikan sebagai pasar belaka dan tetap memiliki ketergantungan yang sangat kuat terhadap negara-negara pemasok. Ketergantungan ini tampaknya tidak dapat dihindarkan dalam jangka pendek, bahkan tidak tertutup kemungkinan hingga jangka panjang, karena hingga saat ini kontribusi mesin-mesin, peralatan maupun sparepartnya dari dalam negeri masih relatif kecil. Hal ini tentunya akan menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat perkembangan industri furniture, apalagi untuk memenangkan persaingan di pasar internasional.
Dari uraian di muka tergambar bahwa dalam jangka pendek maupun jangka panjang industri furniture sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik, ditinjau dari adanya kesempatan ekspor dan pasar domestik yang begitu luas terutama untuk kebutuhan rumah tangga dan perkantoran/perdagangan. Hambatannya mungkin hanya dari segi desain dan finishing. Untuk furniture ekspor, umumnya desainnya adalah dari pihak pemesan kecuali untuk furniture tradisionil atau ukir-ukiran / karya seni yang memiliki pasar tersendiri di dunia internasional maupun domestik.