Strategi Usaha Industri Furniture
Strategi Usaha Industri Furniture - Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial untuk produk furniture, terutama dilihat dari jumlah penduduk yang cukup besar dan perkembangan bisnis properti yang mulai tumbuh kembali.
Dengan potensi pasar di dalam negeri yang cukup besar tersebut maka dibutuhkan beberapa langkah pengembangan produk dengan deversifikasi maupun perbaikan mutu serta effisiensi untuk mendapatkan harga yang murah. Keunggulan kompetitief yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan akan menambah daya saing, yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan kinerja industri furniture nasional.
Seperti diketahui bahwa pasar didalam negeri maupun ekspor sangat sensitif terhadap tuntutan mutu, harga maupun kemudahan pemakaian, dengan demikian diperlukan informasi yang cepat dan jelas kepada pasar. Hal ini dapat dilakukan melalui media pameran, promosi, seminar, atau workshop yang dapat diadakan secara teratur baik oleh pelaku industri maupun merintah selaku pengambil kebijaksanaan perdagangan.
Untuk lebih memperjelas analisa strategi industri furniture nasional maka perlu dilakukan analisa SWOT sebagai berikut.
Analisa SWOT ini akan dilakukan dengan asumsi dasar bahwa industri furniture adalah sebuah organisasi yang berada dalam sutau lingkungan sumberdaya yang dimiliki dalam menghadapi perkembangan lingkungannya.
Salah satu perangkat untuk menganalisa keberadaaan organisasi terhadap perkembangannya dan lingkungannya dapat menggunakan analisa SWOT tersebut. Secara umum Analisa SWOT ini memiliki 4 komponen utama, yaitu : (1) S = Strengths (kekuatan), (2) W = Weakness (kelemahan), (3) O = Opportunities (peluang) dan (4) T = Threats (ancaman). Masing-masing komponen tersebut tidak dapat dipisahkan dari seluruh sepak terjang organisasi tersebut, sehingga analisas ini sangat penting untuk menentukan strategi yang akan diterapkan oleh organisasi tersebut. Adapun masing-masing komponen dalam industri furniture yang beroperasi di Indonesia, secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :
Kekuatan (Strengths) Usaha Industri Furniture
- Bahan baku cukup tersedia
- Harga produk lokal lebih kompetitief
- Menguasai pasar dalam negeri
- Tenaga kerja
Kelemahan (Weaknesses) Usaha Industri Furniture
- Ketergantungan terhadap teknologi masih sangat kuat
- Kemampuan desain masih lemah
- Kebijaksanaan Pemerintah kurang kondusif
Peluang (Opportunities) Usaha Industri Furniture
- Pasar ekspor masih terbuka
- Depresiasi rupiah menciptakan daya kompetisi yang lebih besar
Acaman (Threats) Usaha Industri Furniture
- Masuknya produk furniture dari negara lain (Cina & Malaysia)
Berdasarkan analisa di atas maka dapat diperkirakan bahwa posisi industri furniture dalam kuadran SWOT, yang didasarkan atas proporsi jumlah butir S-W-)-T dari setiap garis koordinatnya. Jumlah kekuatan ada 4 (empat) dan kelemahan ada 3 (tiga), maka posisinya ada (4-3)=1 (satu) pada garis kekuatan. Jumlah peluang ada 2 (dua) dan ancaman ada 1 (satu) pada garis O-T berada pada (2-1)=1 (satu) pada garis peluang. Hasil perpaduan di atas diperolah nilai koordinat (1,1) yang memperlihatkan bahwa industri furniture berada pada kuadran I. Dari posisi tersebut, terlihat bahwa strategi yang cocok untuk industri furniture adalah ekspansi.
Posisi Industri Furniture Dalam Kuadran SWOT
Strategi ekspasi yang harus dilakukan industri furniture antara lain :- Melakukan restrukturisasi permesinan,
- Inovasi dan diversifikasi produk
- Mengikuti perkembangan desain
- Memperluas pasaran luar negeri yang masih potensial,
- Mengadakan promosi serta ikut serta dalam pameran-pameran di luar
- Dan lain sebagainya.
Kesimpulan dan Rekomendasi Usaha Industri Furniture
Prospek pasar furniture baik jangka pendek maupun jangka panjang di pasaran dalam negeri maupun pasaran ekspor selama tahun 2002-2006 diperkirakan masih cukup baik. Khususnya untuk pasaran ekspor pada tahun-tahun mendatang potensi pasarnya masih relatif besar dan diperkirakan akan terus berkembang.
Meski masalah persediaan bahan baku menjadi hambatan bagi kinerja industri furniture, akan tetapi produksi furniture di Indonesia dalam dua tahun terakhir ini terlihat mengalami perkembangan yang cukup baik. Dan pada tahun-tahun mendatang atau paling tidak sampai tahun 2006 nanti laju pertumbuhan produksi furniture Indonesia diperkirakan masih akan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7 % per tahunnya .
Menurunnya laju pertumbuhan produksi furniture di dalam negeri dibandingkan sebelum krisis, karena berkaitan dengan masalah bahan baku yang mulai terbatas.
Sementara itu, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1998 yang sempat terpuruk, kini secara perlahan mulai bangkit kembali dan mulai tumbuh meski tingkat pertumbuhannya masih relatif kecil sekali, dimana pada tahun 2000 lalu tumbuh 4,9% dan tahun 2001 tumbuh lebih kecil lagi sekitar 3,3% atau tahun 2003 sekitar 3.5 %. Membaiknya perekonomian Indonesia diharapkan akan mendorong berkembangnya industri properti yang pada gilirannya akan meningkatkan kebutuhan furniture di sektor properti baik langsung maupun tidak langsung.
Rekomendasi Usaha Industri Furniture
Berdasarkan uraian-uraian diatas terlihat bahwa pasar furniture di dalam negeri maupun ekspor sampai tahun 2006 masih tetap terbuka, akan tetapi yang menjadi kendala adalah persediaan bahan baku kayu yang mulai terbatas.
Sehingga dalam hal ini diperlukan bahan baku-bahan baku alternatif pendung bahan baku, seperti kayu karet, kayu jati, dan bahan-bahan substitusi lainnya. Selain itui perlu diupayakan kembali pembangunan HTI yang berkelanjutan sebagaimana yang telah diprogramkan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Bagi perbankan industri furniture yang sedang berkembang dan memerlukan perluasan atas ekspansi produksi yang didukung bahan baku/pasar captive perlu dipertimbangkan untuk dibantu. Bahkan menurut ASMINDO (Asosiasi Mebel Dan Kerajinan Indonesia), justru yang perlu dibantu adalah industri-industri skala menengah dan kecil (home industri) seperti sentra industri mebel di Jepara (Semarang), Klender (Jakarta) dan sentra-sentra industri lainnya.
Sedangkan industri-industri skala besar pada umumnya sudah memiliki modal yang kuat, karena industri-industri tersebut terintergrasi dengan industri bahan baku (terkait dengan pemilik HPH).
Selain itu untuk jangka pendek, Investor dapat membantu industri-industri furniture yang sedang berkembang dalam bentuk investasi perluasan kapasitas produksi dan investasi dalam bentuk modal kerja (dalam memenuhi pesanan internasional maupun untuk memenuhi kontrak skala besar).